Kritik Puisi Gulungan Sembilan Senti Bukan Tuhan
Parafrase
Kritik Puisi Gulungan Sembilan Senti
Bukan Tuhan
Taufik Ismail dalam puisinya “Tuhan
Sembilan Senti” mencoba menyoroti sisi
lain rokok di Indonesia. Di awali dengan kalimat,”Indonesia adalah surga luar
biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak
merokok”. Di sini jelas, Taufik Ismail menguak dengan tegas kondisi Indonesia
yang lemah dalam peraturan yang berlaku. Dari petani yang bekerja di sawah
hingga pejabat yang mengurusi gizi. Dari ruang khusus merokok hingga ruang AC
bertingkat. Lucu memang tapi itulah kenyataannya. Terlepas dari polemik
halal-haramnya, manusia asyik menyumbangkan kerusakan ozon di manapun berada.
Dalam puisi Tuhan Sembilan Senti juga
memaparkan realita yang terjadi. Bahwa, rokok bagi perokok adalah Tuhan dan
hidup mereka. Mereka lebih sering memikirkan kapan dan dimana bisa merokok
dibandingkan dengan kapan dan dimana mereka bisa bersimpuh mohon ampun kepada
Tuhan.
Lucunya para pemegang akidah kuatpun
terbelenggu jerat rokok. Ketika halal-haram di pertanyakan atas rokok, mereka
hanya dapat mengambil jalan tengah, MAKRUH. Karena tidak ingin kehilangan
gulungan sembilan senti. Sungguh ironis memang ketika suatu peraturan
bersandungan dengan agama dan para pemegang agama itupun larut dalam
pelanggaran aturan tersebut.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda