Senin, 08 Desember 2014

Kritik Puisi Gulungan Sembilan Senti Bukan Tuhan


Parafrase
Kritik Puisi Gulungan Sembilan Senti Bukan Tuhan
Taufik Ismail dalam puisinya “Tuhan Sembilan Senti”  mencoba menyoroti sisi lain rokok di Indonesia. Di awali dengan kalimat,”Indonesia adalah surga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok”. Di sini jelas, Taufik Ismail menguak dengan tegas kondisi Indonesia yang lemah dalam peraturan yang berlaku. Dari petani yang bekerja di sawah hingga pejabat yang mengurusi gizi. Dari ruang khusus merokok hingga ruang AC bertingkat. Lucu memang tapi itulah kenyataannya. Terlepas dari polemik halal-haramnya, manusia asyik menyumbangkan kerusakan ozon di manapun berada.
            Dalam puisi Tuhan Sembilan Senti juga memaparkan realita yang terjadi. Bahwa, rokok bagi perokok adalah Tuhan dan hidup mereka. Mereka lebih sering memikirkan kapan dan dimana bisa merokok dibandingkan dengan kapan dan dimana mereka bisa bersimpuh mohon ampun kepada Tuhan.
            Lucunya para pemegang akidah kuatpun terbelenggu jerat rokok. Ketika halal-haram di pertanyakan atas rokok, mereka hanya dapat mengambil jalan tengah, MAKRUH. Karena tidak ingin kehilangan gulungan sembilan senti. Sungguh ironis memang ketika suatu peraturan bersandungan dengan agama dan para pemegang agama itupun larut dalam pelanggaran aturan tersebut.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda