Senin, 08 Desember 2014

FEATURE SENYUM MANIS DARI SANG PUTRI


FEATURE SENYUM MANIS DARI SANG PUTRI


Senyum merekah di ujung senja Joja. Mata berbinar dibalik nestapa. Hajat besar telah datang. Hajat besar telah datang. Sorak-soray tampa kata. Sebentuk cinta mereka persembahkan untuk sang Raja sisa kebudayaan. Berduyun-duyun mereka haturkan hasil ladang gambaran kebahagian mempelai. Padi, pisang, kelapa, dan lainnya berjajar menghias Keraton Ngayogyakartahadiningrat.
Pernikahan Gusti Raden Ajeng Nurastuti Wijareni (Putri bungsu Sri Sultan Hamengkubuwono X) dengan Akhmad Ubaidillah, Selasa 18 Oktober 2011 bukan hanya menjadi kebahagian kedua mempelai beserta keluarga besar namun juga kebahagiaan masyarakat Jogjakarta. Mereka ( Warga Jogja) serahkan apa yang mereka bisa serahkan walau hanya selaksa doa yang membumbung ke langit ke-7.
Ijab Qobul yang dilaksanakan di Masjid Panepen Kraton merupakan kado istimewa bagi warga Jogja yang tahun lalu menangis karena meletusnya Merapi. Kirab pengantin yang dilaksanakan setelah ijab qobul, disambut meriah oleh masyarakar. Arak-arakan panjang menjuntai dibelakang kereta kencana. Jalanan penuh sesak oleh lautan manusia. Itu mereka lakukan hanya untuk sang putri. Tanda cinta dan peduli. Terlepas dari problema apa yang sedang mereka alami.
Seribu agkringan berjajar di pelataran Malioboro menyuguhkan sega kucing khas Jogja, raja suguhkan untuk masyarakat untuk menikmati bersama kebahagiaan yang Beliau rasakan.
Keakraban yang dirindukan. Tumpah ruah menjadi satu. Kaya-miskin, turis-pribumi, senang sedih, tua muda, mereka erat oleh kebahagian dan tunduk oleh kebersamaan. Sungguh pemandangan yang langka.

Kritik Puisi Gulungan Sembilan Senti Bukan Tuhan


Parafrase
Kritik Puisi Gulungan Sembilan Senti Bukan Tuhan
Taufik Ismail dalam puisinya “Tuhan Sembilan Senti”  mencoba menyoroti sisi lain rokok di Indonesia. Di awali dengan kalimat,”Indonesia adalah surga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok”. Di sini jelas, Taufik Ismail menguak dengan tegas kondisi Indonesia yang lemah dalam peraturan yang berlaku. Dari petani yang bekerja di sawah hingga pejabat yang mengurusi gizi. Dari ruang khusus merokok hingga ruang AC bertingkat. Lucu memang tapi itulah kenyataannya. Terlepas dari polemik halal-haramnya, manusia asyik menyumbangkan kerusakan ozon di manapun berada.
            Dalam puisi Tuhan Sembilan Senti juga memaparkan realita yang terjadi. Bahwa, rokok bagi perokok adalah Tuhan dan hidup mereka. Mereka lebih sering memikirkan kapan dan dimana bisa merokok dibandingkan dengan kapan dan dimana mereka bisa bersimpuh mohon ampun kepada Tuhan.
            Lucunya para pemegang akidah kuatpun terbelenggu jerat rokok. Ketika halal-haram di pertanyakan atas rokok, mereka hanya dapat mengambil jalan tengah, MAKRUH. Karena tidak ingin kehilangan gulungan sembilan senti. Sungguh ironis memang ketika suatu peraturan bersandungan dengan agama dan para pemegang agama itupun larut dalam pelanggaran aturan tersebut.

PUISI CINTA


PUISI CINTA

Kini, Nanti dan Seterusnya
api yang terkobar, akhirnya padam tersiram air oase yang terbawa angin kedamaian,, semoga kini, nanti dan seterusnya setan yang berbisik tersumpal kotoran yang memang dikeluarkannya sndiri,, semoga kini, nanti dan seterusnya



Tik Tok
Tik Tok 19.00 Tik Tok 20.00 Tik Tok 21.00 Tik Tok 22.00 Tik Tok berlayar merajut asa menuai harap yang minim realita disana dia tertawa disini dia merana topeng ? picik ! itu bukan topeng tapi CINTA



Aku Hidup Dengan Duniaku

maumu apa?
satu jam lalu mengunci rapat suamu
satu jam kemudian tersenyum ringan tanpa beban
lelah sayang...
sungguh penat
tak tahan lagi!
tingkah salah, bicara salah dan diam salah!
aku
,harus apa
?bagaimana?
semesta cinta, ku buka luas.
tali maaf ku ulur panjang.
hanya untukmu
ketika kau dihardik orang
dengan mudah kau memaaf
tapi padaku
?
?
kau cengkeram erat orang yang kau anggap mencintai dan dicintaimu
tenang sayang
,aku bukan perebut,
dan
maaf
aku bukan pencemburu
jadi percuma!
 ketika kau berlalu dengannya
 kau masih sama
tak pernah ma
usedikit saja mencoba mencintaiku
aku lelah
dan
sekarang terserah!
aku hidup dengan duniaku.



PUISI CINTA

Cerpen Remaja Membisu


Cerpen Remaja Membisu
aku membisu di ujung kota. ingin rasanya mengusap air matanya. membasuh  lumpur yang semakin hari semakin mengendapkan hatinya didasar jiwa. memeluknya, mencoba sedikit saja menghangatkan dirinya yang sekarang teramat kaku untuk mengnal kasih. namun kecewa telah mengubah kasih menjadi gengsi yang teramat tinggi.
pat itukah dia menghilang dimakan usia? Aku rindu dia yang dulu selalu membuatku cemburu akan otaknya yang amat briliant". tak sadar air mata malu-malu menyembul dari dua ujung mata. pesan yang ku baca membuat pikiranku melayang menembus waktu kebelakang.
---000---
dia terbangun menyapa mentari yang sudah tinggi menjulang. cahaya matahari yang mencoba menembus kaca usang tepat sepuluh senti diatas ranjangnya mampu mempermaikan mata merah yang sekarang terbelalak menatap ruangan. dia bangkit. gontai melangkah menuju kamar mandi. dilihatnya rumahnya sepi dari hilir mudik manusia. dia basuh seluruh tubuh, berharap penat luntur terbawa air, hanyut ke selokan yang sama-sama kotor dengan penat yang menjerat dirinya.


Cerpen Remaja Membisu

Cerpen Remaja


Cerpen Remaja

Terlalu

Terlalu.
enam bulan berlalu namun tak ada sedikit perubahan. rokok terus mengepul dari dua celah bibirnya. hitam. semakin hitam hidupnya.
pernah suatu hari dia menikmati malam berteman cahaya bintang disebuah kantor tua menemani pak maful berjaga. tanpa satu kata izin dari orang rumah. lagi-lagi rokok dan kopi menemani malamnya. puh.....! sungguh berubah.
" wis jam siji mas?" pak maful mengingatkan. tapi sayang tak ada tanggapan.diam.sepi. "mbok digoleti mamah karo bapa. tak telfonna apa?" pak mafulmeminta.
"nda usah pak."jawabnya singkat
sepanjang malam hanya pembicaraan itu sja yang terlontar, sisanya hanya diramaikan dengan suara desiran angin dan tv yang hampir sekarat memamerkan pertandingan liga Champion. KREETTT, ZZZZTTTTTTTT, GOOOOOO, ZZZZZTTTTTTT,OOOOLLLLLL.
hanya senyum datar yang terlukis dari bibirnya.
esoknya.
adzan pak Sasmedi membawanya pulang kerumahnya. tanpa memperdulikan ocehan yang keluar dari mamah sejak membuka kunci pintu hingga dia merebahkan tubuh tegapnya diatas kasur. dia menidurkan diri hingga mimpi membelai tubuh dan pikiran yang lelah.


Cerpen Remaja

Terlalu

Puisi Cinta

Puisi Cinta

Rasa 

Aku rapuh ketika harus mengakhiri
Terbayang cidera yang akan melumpuhkan
Terseok-seok menghindar 
Hanya Dia dan aku yang tau
Kuncup hati yang mulai mekar
Merah merona memancarkan sinar
Namun dipaksa layu sebelum tertebang
Lalu,lekang terbawa petang



Minggu, 07 Desember 2014

Cerpen Remaja Dunianya Berubah


Cerpen Remaja Dunianya Berubah


Merunduk, diam, terpekur menyelam ke jauh dalam hatinya. Lapar hilang dalam amarah. Kantuk lenyap dalam kecewa. Riang remuk dalam derita. Matanya berkata,"Kemana orang-orang? tak adakah yang perduli denganku?" Hanya angan yang dia gemggam. Hanya penyesalan yang menantang. dan keadaan yang menekan.
Perlahan air mata turun. Menari dipipi. Menyuguhkan asin dilidah, memahat nestapa dihati. Mengenang tawanya, melirik kejeniusannya, merindu kelembutannya. ingin rasanya memeluk, merasuk menyelami jiwa dan pikirannya. Keras, hitam dan busuk, itu yang terlihat walau kelembutannya merekatkannya pada balita-balita desa.
6 bulan lalu.
Terdepak dari sekolah idaman. Sumpah serapah, cacian hingga kebencian menaungi hidupnya. Orang tua tak lagi percaya, saudara tak lagi perduli, teman apalagi. Lenyap,terbawa angin kemunafikan. Semua tertumpu padanya. Semua salahnya saat itu. Kasian!!! Tak mau tahu, apa isi hatinya, hanya salah yang terpampang.
Kian hari, asap itu semakin tebal. Puntung demi puntung dia habiskan. Dunianya berubah.

nP_020811

Puisi Waktu


langit berderai
mengadu sendu
pada tanah yang diam
mengiba,merengek,meronta kasih
Dosa terekam
istighfar terucap
02.00,,,,,,,,
Purnama bersembunyi
malu bersapa bintang
berganti kilat
menemani pejuang mengalunkan cinta

P>030611

Puisi Indah Emmie Apriani


Puisi Emmie Apriani


GELAS
Tertutupkah mataku
Terkuncikah mata hatiku di penjara
Sehingga...
Tak pernah ku tolehkan wajah pada gelas

Yang selalu membalut dahaga
Yang selalu diam walau tertumpuk
selalu tegar walau tertampar panas dan dingin

Aku tak lihat sakit retaknya
aku tak lihat peluh cintanya
aku hanya tahu dia gelas yang diam dan indah




KISAH LAMPU NEON
saat muda dia terang
semangat menyinari dunia
memberi warna pada manusia
cinta, tangis, marah, gembira
dia temani dengan senyum kemilaunya
hingga saat menua
cahaya redup menghampiri
wajah kusam tanda renta terpancar
dia tetap bersinar
menemani manusia kala malam
sampai ia tewas tetutup noda hitam


Simpang Tiga Dunia


Ingin rasanya berlari,,satu.
dua.
tiga.
empat.
langkah terbatas

ingin meratap
malu.
canggung.
sia-sia.

emua bisu
semua tuli
semua buta
semua bodoh
mendadak
aku
terpaku di simpang tiga dunia